Seni Kuliah


Kuliah yang dijalani sehar-hari, juga memiliki seni tersendiri. Meskipun cenderung sering dianggap sebuah kerepotan yang mau tak mau di jalani. Betapa tidak, bangun pagi tanpa mandi, segera ngebut naik motor atau ada yang bersepeda. Tak lupa cuci muka, tanpa mandi dan gosok gigi, yang penting mata terlihat bersih dari kotoran sisa-sisa tidur. Tak lupa membeli gorengan hanya untuk menambal kososngnya lambung yang hanya kembung. Kembung oleh angin yang tak kunjung pergi karena masuk saat begadang semalam tadi. Datang ke kelas pun selalu injuri time.

Perasaan lega terkadang menghampiri begitu mengetahui sang dosen tak dapat menampakkan diri. Namun hal sebaliknya terjadi ketika dosen strict dan disiplin tinggi telah mejeng di depan kelas, hanya tersenyum dan meminta mahasiswa yang baru datang menutup pintu dari luar.

Belum lagi ketika hujan ujian datang bertubi-tubi, tak memberi kesempatan untuk jongkok ketika telah lama berdiri, tak ada tidur setelah lama beraksi. Dituntut berkontribusi lebih terhadap pergerakan pemuda karena memang seharusnya. Didorong untuk menjadi pelopor karena banyak orang kotor yang hanya menjadi aktor di meja-meja kantor.

Begitu berlanjut hingga kabut berganti awan cerah liburan semester nan mewah. Mewah karena menyuguhkan kebebasan waktu untuk dimanfaatkan. Adakalanya hibernasi sepanjang hari, ada kalanya rekreasi tak kunjung henti, ada kalanya nostalgia mengunjungi sanak famili, ada kalanya tetap aktif berorganisasi.

Itu hidupku saat ini, juga mungkin hidupmu. Nilai seninya dari bagaimana kita bisa menikmati kehidupan kuliah itu. Bukankah seni itu untuk dinikmati ?

 

Hendra Haryansyah