Jangan Lewatkan Satu sepersekian Detik yang Anda Miliki Tanpa Belajar


Kata-kata tersebut saya peroleh saat mengikuti Camping Cinta Alam Indonesia 2010 di Wonosalam, Jawa Timur. Nampak berlebihan mungkin, namun jika ditelaah lebih jauh memang betul adanya. Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga yang pernah dan masih kita miliki. Psikiater dan penulis M. Scott Peck pernah berkata, “Sebelum anda dapat menghargai diri Anda sendiri, Anda belum dapat menghargai waktu. Sebelum Anda dapat menghargai waktu, Anda belum dapat berbuat apapun dengannya.” Hal tersebut dapat sedikit menjawab mengapa seseorang yang kurang menghargai dirinya sendiri cenderung kurang produktif. Kurangnya kepedulian dan penghargaan atas diri sendiri, yang padahal memiliki potensi baik yang sudah diketahui maupun yang belum tergali, membuat kita terkadang tak memanfaatkannya dengan waktu yang kita miliki. Aktivitas yang tak urgent kerap kali menutupi kesempatan kita untuk mengembangkan diri. Menonton televisi hingga berjam-jam, melamun, nongkrong2 yang tak bermanfaat, tidur berlebihan, chating tanpa tujuan, bermain game, menjadi kebiasaan yang kerap dianggap wajar manakala ada waktu yang kosong. Apakah semurah itukah waktu yang kita miliki ? sehingga dengan mudahnya dapat dibuang dan dihabiskan begitu saja. Padahal tak ada toko manapun yang menjual sesuatu yang satu ini. “Ungkapan ‘menghabiskan waktu’ bukanlah kiasan,” kata Charles Spezzano dalam buku What to Do between Birth and Death yang dikutip oleh John C. Maxwell. “Itulah cara kehidupan berputar. Dalam hadist yang diriwayatkan Muslim, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda mengenai  ingat 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara lain, yaitu  masa sehat sebelum datangnya masa sakit, masa muda sebelum datangnya masa tua , masa kaya sebelum datangnya masa miskin, masa lapang sebelum datangnya masa sempit, masa hidup sebelum datangnya masa mati, yang pada intinya menitikberatkan pentingnya waktu yang kita miliki.

Kembali pada judul tulisan ini, jangan lewatkan satu sepersekian detik yang kita miliki tanpa belajar. Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk memaknai waktu yang sangat singkat tersebut? Kita dapat memulai untuk berpikiran positif akan segala hal yang menimpa kita. Dari problem terkecil hingga yang memusingkan kepala, dari kesenangan sederhana hingga nikmat yang luar biasa, semua dapat dipelajari dan diamanati.  Jangan biarkan apa yang telah kita lalui hilang begitu saja, apapun momennya, selalu coba untuk menarik ilmu dari kejadian tersebut. Selama mengikuti acara CAI, khususnya saat outbond berlangsung, banyak hal kecil yang semula saya anggap remeh namun ternyata sangat berharga. Saya diperlihatkan kepribadian saya yang sebenarnya selama mengikuti acara. Hal tersebut membuat saya cukup kaget, ternyata begitu banyaknya sifat dan karakter buruk yang saya miliki, simulasi-simulasi yang dilakukan dapat menjadi cerminan siapakh gerangan kita? saya dapat melihat diri sendiri yang kurang menghargai, sedikit sombong, sok tahu, kurang peduli sesama, kurang bertanggung jawab, dan kurang sopan. Saya bersyukur karena telah disodorkan cermin yang membuka semua sifat negatif yang mungkin selama ini tak begitu diperhatikan. Sesuai namanya Sensitivity Training, pak Edi sebagai instruktur utama outbond membekali peserta agar mampu meningkatkan sensitivitasnya terhadap siapapun dan lingkungan sekitarnya. Ilmu yang dapat kita peroleh tergantung seberapa besar kita mau belajar. Hal ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kapanpun dan bagaimanapun keadaanya, mari kita coba ambil pelajaran yang dapat kita ingat dan terapkan di dalam kehidupan selanjutnya. Jangan sepelekan hal kecil pada waktu yang singkat, anggap saja seperti peristiwa besar yang berlangsung lama. Apapun yang kita terima dan alami merupakan qodar dar Allah SWT, nikmati saja, pelajari dan hayati.

Semakin banyak ilmu kehidupan yang kita miliki, akan membuat kita lebih arif dan bijak menghadapi segala hal. Tak perlu mengkhawatirkan apakah pelajaran tersebut akan terpakai atau tidak, cukup terima, pahami dan maknai. Saya yakin bahwa apapun yang saya alami, pasti ada kaitan dengan kehidupan saya selanjutnya, sehingga memunculkan memotivasi untuk dapat mulai belajar dari apa saja, kapan saja, dan dimana saja. Contoh simpelnya yaitu suatu saat saya di ajak ke toko kue di jalan laswi yang sebelumnya belum saya ketahui. Sesampai disana saya hanya menjumpai beberapa teman dan kemudian pergi lagi. Rencana acara di tempat tersebut diubah karena sebagian yang lain terjebak macet. Yang saya dapatkan dari hal tersbut yaitu saya menjadi tahu dimana letak Jalan Laswi, ya saya syukuri saja, lumayan menambah maping area kota Bandung di kepalaku. Ternyata keesokan harinya saya harus mengantar adik untuk mengurusi pembuatan kartu ATM di Bank BRI di jalan Laswi. Benar-benar langsung terpakai apa yang telah kudapat. Satu pengetahuan mengenai rute jalan baru telah saya kantongi. Masih banyak pelajaran lain yang dapat kita petik dari aktivitas sehari-hari, manfaatkan untuk bisa mengembangkan potensi yang kita miliki.

Waktu tak kan pernah kembali, tapi pelajaran di masa lampau yang kau alami dapat kau panggil lagi suatu saat nanti, pada waktu  dan keadaan yang  tepat.